Serang – Laboratorium Bantenologi mendapatkan kepercayaan untuk menjadi PIC (penanggungjawab) Pameran Fotografi Snouck Hurgronje yang berlangsung selama empat belas hari.
Pameran ini secara resmi dibuka secara bersamaan oleh Rektor UIN SMH Banten, Prof. Dr. Wawan Wahyudin, MPd dan akademisi Leiden University yang merupakan ahli Islam di Asia Tenggara, Prof. Nico Kaptein pada tanggal 7 September 2023 dan akan berlangsung hingga tanggal 20 September 2023 di Selasar Pusgiwa/Functional Hall Kampus 2 UIN SMH Banten.
Pameran ini terselenggara atas kerjasama Pasca Sarjana UIN SMH Banten, Laboratorium Bantenologi, dan KITLV Jakarta. KITLV sendiri merupakan kepanjangan dari Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde atau populer dengan singkatan KITLV, sebuah lembaga yang didirikan pada tahun 1851 oleh pemerintah Belanda yang bertujuan untuk mengembangkan penelitian-penelitian di bidang ilmu antropologi, ilmu bahasa, ilmu sosial, dan ilmu sejarah wilayah Asia Tenggara, Oseania dan Karibia.
Pameran ini menampilkan galeri 38 foto Snouck Hurgronje, tokoh yang oleh sebagian pengamat dan akademisi Indonesia dianggap kontroversial karena keislamannya dianggap sebagai kamuflase dan dituduh menjadi agen mata-mata pemerintah Belanda untuk menghancurkan Islam dari dalam melalui nasihat-nasihatnya yang jitu mengenai Islam kepada pemerintah kolonial Belanda.
Namun pada saat yang hampir bersamaan, dia pula yang mendorong pentingnya pendidikan bagi pribumi Hindia Belanda dan mengusulkan pemerintahan yang lebih mandiri bagi negeri jajahan kerajaan Belanda ini.
Pameran fotografi ini terbagi dalam beberapa chapter (bagian). Pertama, bagian yang menggambarkan foto kehidupan masa remaja Snouck Hurgronje yang lahir di Oosterhout pada tanggal 8 Februari 1857 hingga mendapatkan gelar doktor dari Universitas Leiden pada usia 23 tahun dengan disertasi mengenai haji.
Setelah itu terdapat pula foto-foto Snouck Hurgronje selama melakukan riset di Jedah dan Mekah dimana salah satu ketertarikan dia adalah kegiatan Komunitas Muslim yang berhaji sekaligus menuntut ilmu dimana mereka berasal dari Jawah (Asia Tenggara).
Melalui risetnya, Snouck berhasil menulis karya klasik mengenai Mekkah yang terdiri dari dua volume.
Chapter selanjutnya menggambarkan karier Snocuk Hurgronje sebagai Penasihat Pemerintah Belanda dan perannya dalam perang Aceh yang terus berkecamuk hingga awal abad ke-20. Melalui field worknya yang dilakukan selama perang Aceh berkecamuk, Snouck menghasilkan karya yang cukup monumental yaitu De Atjehers (Orang Aceh) yang dianggap sebagai karya penting dalam upaya penaklukkan bangsa Aceh.
Chapter ini juga menampilkan hubungan Snouck dengan Islam di Indonesia yang dibina sejak di Mekah melalui teman Jawah Muslimnya seperti Abu Bakar Djajadiningrat dan Hasan Musthofa.
Chapter terakhir yang berada di sisi timur pameran menceritakan kehidupan pribadi Snouck di Indonesia dimana dia memiliki istri bernama Sangkana, puteri Raden Haji Mohammad Ta’ib, penghulu di Ciamis dan dikaruniai 4 orang anak (Raden Oemar Ganda Prawira, Siti Aminah, Emah Salmah, Raden Ibrahim Gaffar). Pada saat mengandung anak ke-5, Sangkana keguguran dan meninggal bersama bayi yang dikandungnya. Snouck kemudian menikah dengan Siti Sadiah (Buah), puteri Raden Haji Muhammad Soe’eb, “plaatsvervanger-penghulu” (penghulu pengganti) di Bandung. Dari pernikahan itu mereka dikarunai seorang anak bernama Raden Joesoef.
Bagian paling akhir dari pameran foto ini menggambarkan Snouck yang kembali ke Belanda dengan tidak membawa keluarga dan anak-anaknya dari Indonesia. Menurut Nico Kaptein, hal ini kemungkinan karena kekhawatiran Snouck bahwa karir akademiknya akan terganggu dan terhambat jika dia beristri orang pribumi Hindia Belanda.
Pada 1910, di Belanda ia menikahi Ida Maria Oort, putri seorang pensiunan pendeta di Zutphan, Dr AJ Gort. Dari hasil pernikahan ini, Snocuk mempunyai anak yang bernama Christien yang meninggal pada usia 100 tahun (1914-2014).
Menurut Rohman, Direktur Lab. Bantenologi, pameran ini sangat kaya informasi dan nilai sejarah yang dapat dinikmati segala umur.
Selain itu terdapat ibrah atau pelajaran yang boleh jadi bermanfaat bagi generasi muda di Banten khususnya dan Indonesia umumnya dimana sosok Snouck adalah seorang yang haus dan sangat mencintai ilmu pengetahuan yang tentu saja senafas dengan ajaran Islam.
Melalui hasil penelitian-penelitiannya mengenai Islam dan masyarakat Islam, lahirlah ilmu Etnografi dan Antropology masyarakat Islam yang dapat menambah khazanah ilmu keislaman dan mengilhami pemikiran-pemikiran sarjana Islam berikutnya terutama terkait dengan hubungan Islam dengan politik, kultur lokal, tradisi, dll.
Adapun petugas yang menjadi guide selama penyelenggaraan pameran berlangsung direkrut dari pengurus Lab. Bantenologi, duta-duta Kampus UIN SMH Banten, dan sejumlah mahasiswa Sejarah Peradaban Islam UIN SMH Banten. (Red)***