Bantenologi

LP2M UIN Banten dan Bantenologi Belajar dari Kearifan Lokal Baduy

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten bersama Bantenologi melakukan kunjungan ke Baduy Luar, kunjungan ini dilaksanakan pada Selasa (26/11/24) bertempat di Baduy Luar, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Kegiatan ini diikuti oleh 50 orang peserta yang berasal dari kalangan dosen dan mahasiswa. Selain itu, kegiatan ini juga diikuti oleh 2 orang pemateri seminar pada hari sebelumnya, yaitu Achraf Guennouni Idrissi dari University of Debrecen, Hungaria dan Wietske Merison dari University of California (UCLA).

Rohman Albantani, selaku Direktur Bantenologi mengatakan bahwa kunjungan ini bertujuan untuk menambah ilmu dan pengetahuan mahasiwa tentang Suku Baduy.

“Kami berharap, peserta ini selain menikmati perjalanan juga mendapatkan ilmu pengetahuan tentang Baduy,” tuturnya.

Memiliki sekitar 64 kampung di Baduy Luar dan 3 kampung di Baduy Dalam, masyarakat Baduy merupakan salah satu kelompok masyarakat yang menutup diri dari dunia luar. Masyarakat Baduy menjalankan kehidupan beserta adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Masyarakat Baduy menganut kepercayaan yang bernama Sunda Wiwitan.

Sunda Wiwitan merupakan kepercayaan yang dianut oleh suku Sunda asli yang memiliki kepercayaan terhadap kekuatan alam dan Tuhan Yang Maha Esa. Kepercayaan Sunda Wiwitan di Baduy memiliki kemiripan dengan ajaran Islam, yaitu mempercayai bahwa Allah sebagai Tuhan. Akan tetapi, mereka hanya mempercayai Adam sebagai nabi sekaligus nenek moyang mereka.

Kepala Pusat Penelitian dan Publikasi, Ade Jaya Suryani mengatakan bahwa pelajaran penting yang dapat diambil dari kehidupan masyarakat Baduy adalah menjaga kelestarian alam.

“Kita, terutama Islam seringkali mengklaim mengerti banyak, tetapi pada prakteknya seringkali hidup kita juga kurang ramah terhadap alam,” ujarnya.

Menurutnya, masyarakat baduy secara tidak langsung mengajarkan kita untuk melestarikan alam, seperti halnya mereka membangun rumah menggunakan material seluruhnya dari hasil alam.

Hidup menutup diri dari pengaruh dunia luar, membuat masyarakat Baduy mempertahankan kelestarian alamnya. Mereka memiliki prinsip “Lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambung” yang berarti panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung. Makna dari prinsip tersebut adalah apa yang sudah ada di Baduy tidak boleh dirubah. Dalam hal ini, mereka sangat menjaga kelestarian alamnya, karena bagi mereka alam bukan hanya sekedar tempat untuk hidup, melainkan salah satu titipan maha kuasa yang harus dilestarikan dan dijaga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *